MAHALNYA harga bahan bakar gas dan minyak bumi, disertai bayang-bayang persediaan yang makin menipis, membuat sejumlah negara maju maupun negara berkembang terus berupaya mencari cara untuk mendapatkan sumber energi alternatif.
Beberapa waktu lalu, kita kerap disuguhi pemberitaan mengenai bahan bakar alternatif berbasis ethanol, yang dihasilkan dari jagung, biji jarak, maupun batang tebu.
Tetapi upaya ini dianggap masih kontroversial. Sebab pemanfaatan bahan pangan sebagai bioethanol itu harus bersinggungan langsung dengan urusan perut miliaran penduduk dunia.
Selain itu, biethanol yang dihasilkan dari bahan pangan juga dinilai tidak efektif. Sebab untuk memproduksi satu liter ethanol membutuhkan hidrokarbon mentah dalam jumlah yang sama. Hidrokarbon adalah bahan kimia yang bisa menghasilkan bahan bakar diesel.
Jamur Diesel Itu sebabnya, beberapa ilmuwan mencoba menggunakan bahan lain untuk menghasilkan sumber energi alternatif. Salah satu bahan yang bisa diproses menjadi bioethanol adalah jamur.
Ada beberapa jamur yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan bakar alternatif. Salah satunya adalah Gliocladium roseum, yang menempel pada pepohonaan di hutan hujan (rainforest).
Menurut Profesor Gary Strobel dari Montana State University, jamur ini mampu menghasilkan campuran hidrokarbon yang bisa dijadikan bahan bakar diesel.
‘’Gliocladium roseum mampu menghasilkan sejumlah molekul berbeda yang terbuat dari hidrogen dan karbon, sebagaimana ditemukan pada diesel,’’ kata Strobel. Karena kemampuan uniknya, jamur ini disebut juga sebagai ‘’jamur-diesel’’.
Strobel bersama para ilmuwan lainnya dari Montana State University berharap, dalam waktu dekat dapat membelah gen dioxyribo nucleid acid (DNA) jamur ini untuk dicangkokkan ke mikroorganisme lain, kemudian memprosesnya menjadi bahan bakar.
Selulosa Kayu Dengan menggunakan bantuan jamur parasit mikroskopik yang hidup dalam substansi kayu sebuah pohon / tanaman, mereka dapat memecah selulosa sehingga menghasilkan campuran hidrokarbon.
Selulosa kayu menjadi tempat terbaik bagi jamur penghasil hidrokarbon untuk menghasilkan bahan bakar. Tetapi tidak gampang untuk mengambilnya, karena harus memecah dulu struktur selulosa kayu yang kuat. Dalam hal ini diperlukan enzim khusus untuk proses tersebut.
Menurut para peneliti, sedikit bahan bakar diesel yang dihasilkan jamur ini sudah cukup memberi tenaga pada sebuah traktor untuk bekerja. Oleh karena itu, mereka terus mengembangkan temuan ini.
Menurut mereka, sangat mungkin mengadakan analisa genetik pada jamur, kemudian mendeteksi gen dan mencangkoknya pada organisma lain untuk menghasilkan bahan bakar dari kayu berjamur. Suara Merdeka
Beberapa waktu lalu, kita kerap disuguhi pemberitaan mengenai bahan bakar alternatif berbasis ethanol, yang dihasilkan dari jagung, biji jarak, maupun batang tebu.
Tetapi upaya ini dianggap masih kontroversial. Sebab pemanfaatan bahan pangan sebagai bioethanol itu harus bersinggungan langsung dengan urusan perut miliaran penduduk dunia.
Selain itu, biethanol yang dihasilkan dari bahan pangan juga dinilai tidak efektif. Sebab untuk memproduksi satu liter ethanol membutuhkan hidrokarbon mentah dalam jumlah yang sama. Hidrokarbon adalah bahan kimia yang bisa menghasilkan bahan bakar diesel.
Jamur Diesel Itu sebabnya, beberapa ilmuwan mencoba menggunakan bahan lain untuk menghasilkan sumber energi alternatif. Salah satu bahan yang bisa diproses menjadi bioethanol adalah jamur.
Ada beberapa jamur yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan bakar alternatif. Salah satunya adalah Gliocladium roseum, yang menempel pada pepohonaan di hutan hujan (rainforest).
Menurut Profesor Gary Strobel dari Montana State University, jamur ini mampu menghasilkan campuran hidrokarbon yang bisa dijadikan bahan bakar diesel.
‘’Gliocladium roseum mampu menghasilkan sejumlah molekul berbeda yang terbuat dari hidrogen dan karbon, sebagaimana ditemukan pada diesel,’’ kata Strobel. Karena kemampuan uniknya, jamur ini disebut juga sebagai ‘’jamur-diesel’’.
Strobel bersama para ilmuwan lainnya dari Montana State University berharap, dalam waktu dekat dapat membelah gen dioxyribo nucleid acid (DNA) jamur ini untuk dicangkokkan ke mikroorganisme lain, kemudian memprosesnya menjadi bahan bakar.
Selulosa Kayu Dengan menggunakan bantuan jamur parasit mikroskopik yang hidup dalam substansi kayu sebuah pohon / tanaman, mereka dapat memecah selulosa sehingga menghasilkan campuran hidrokarbon.
Selulosa kayu menjadi tempat terbaik bagi jamur penghasil hidrokarbon untuk menghasilkan bahan bakar. Tetapi tidak gampang untuk mengambilnya, karena harus memecah dulu struktur selulosa kayu yang kuat. Dalam hal ini diperlukan enzim khusus untuk proses tersebut.
Menurut para peneliti, sedikit bahan bakar diesel yang dihasilkan jamur ini sudah cukup memberi tenaga pada sebuah traktor untuk bekerja. Oleh karena itu, mereka terus mengembangkan temuan ini.
Menurut mereka, sangat mungkin mengadakan analisa genetik pada jamur, kemudian mendeteksi gen dan mencangkoknya pada organisma lain untuk menghasilkan bahan bakar dari kayu berjamur. Suara Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar